Struggles of Healthcare Access for Low-Income Families

The father struggles with healthcare access for his sick child and seeks assistance amid financial hardships.

### Struggles of a Family with Healthcare Access and Financial Challenges
* 🏥 A father shares the difficulties faced when his newborn child fell ill, leading to a series of **hospital visits** and the **urgent need for medical assistance**.
* 💳 Despite having a BPJS health insurance plan, the father discovers it is **not active yet** due to his recent employment as a security guard, which complicates their ability to **cover medical expenses**.
* 👶 The baby, only a month old, experiences symptoms that require **immediate attention**, leading the family to multiple hospitals, including Siloam and Ija, which were both **full**.
* 📅 After a week of hospitalization, the father learns that the medical bills amount to around **14 million IDR**, which would require him to **forgo four months of salary** to cover.
* 🤝 In search of help, the father reaches out to local government officials and social services, but encounters numerous obstacles, including **bureaucratic inefficiencies** and **lack of immediate support**.
* 💔 He reflects on the broader issue of how families with lower incomes struggle with healthcare costs, emphasizing that **"sickness leads to poverty"** as families lose income and face mounting medical bills.
* 🌟 Fortunately, after persistent efforts and a chance encounter, the family receives the necessary assistance to cover the hospital costs, allowing them to return home with their baby **healthy**.
* 🙏 The father expresses hope for systemic improvements in healthcare support, acknowledging that many families in similar situations require **better solutions from the government**.

[Musik] Man aktif Ibu, membayar BPJS, te mayaram Minggu Boga, kartu BPJS Rumah Sakit mana diurus. Nep di rumah. [Musik] Jalan ya, Bapak kerjanya di

mana anaknya sakit apa? Gul Dar naik sekarang dirawat. Nanti besok diurusin. [Musik] Semoga Allah selalu membimbingmu dan biarlah angin menuntun langkahmu.

[Musik] Ngalahirkeun di luar, oh, anu sakitna saha? Kamari teh ini bayi, oh, bayi umur sebulan. Mun sakit apa kan e, panas, pakai buang air terus, terus, terus kan e.

E itu apa? Ke bidan, ke bidan. Katanya kalau bayi baru lahir, apa buang air lebih dari tiga kali masih normalnya. Terus kan berlangsung ke 5 hari, keen harinya dibawa lagi ke bidan.

Udah kucek, Pak. Udah dibawa ke bidan. Bidananya enggak, masih normal. Kalau r kali, mudah gitu, dibawa ke rumah. Di perjalanan, teh tidur, Pak. Deteh ditidurin.

Di rumah, pas belum setengah jam, sesek. Akhirnya dibawa ke rumah sakit. Rumah Sakitnya Siloam, bukan Pak. Ke Ija dulu ke mana? Ke rumah sakit Ija.

Sakit Ija itu di mana? Diamp, Cikampek. Oh, orang mana? Orang Cikampek, Karawang. Karawang. Oh, Rumah Sakit Ija di Cikampek. Nah, terus, terus kan katanya.

Enggak ada ruangan untuk bayi, akhirnya dibawa ke Siloam, bukan ke itu dulu. Ke Elsa. Elsa, Elsa. Itu mana? Masih Cikampek. Penuh juga.

Sama, penuh juga. Sudah dua kali bawa, berarti terpaksa itu. Disuruh ke Siloam, kalau enggak ke Tamrin, katanya. Akhirnya ke Siloam.

Dirawat di Siloam. Dirawat di Siloam. Hmm. Berapa hari? Seminggu. Seminggu masuk aja ke Siloam. BPJS-nya baru, belum. Eh, kata suami, katanya belum aktif karena di...

Perusahaan. Katanya kerja di Darmapati. Pak Darmapati, itu perusahaan apa? Satpam, Pak. Oh, jadi sekuriti. Sekuriti-nya di pabrik mana? Di pabrik PT Himim, Pak.

Menuju proyek di depan Kopo. Oh, di situ. Bekerja sebagai sekuriti di situ. Kerjanya baru berapa bulan, ada 3 mingguan, Pak. Ting berarti BPJS-nya...

Baru punya kepesertaan sebagai karyawan, kan berarti outsourcing ya? Iya, pak outsourcing, sehingga masuk rumah sakit tidak bisa diklaim. Kan karena BPJS-nya baru berlaku, belum 14 hari sebelumnya, tidak?

Punya kepesertaan BPJS, tidak? Pak perorangan, tidak ada yang bantuan dari pemerintah, tidak ada. Heeh, kan Abdi kan, eh seakan di ET kan damel di pabrik Nusan Desya, jadian.

Pemikiran Abdi teh langsung otomatis dilanjut gitu, Pak. Oh gitu, sebelumnya punya BPJS, BPJS anu karyawan, muhun. Tetapi ketika berhenti, kemudian berhenti.

Terus ee selang beberapa ee minggu, itu dinonaktifkan. Nah, kira itu langsung lanjut ke BPJS-nya, tidak dibayarkan oleh perusahaan yang pertama, dikiranya oleh Bapak lanjut oleh

Perusahaan yang kedua, jadi baru masuk lagi, daftar lagi. Ini anak ke berapa? Anak keempat, Pak. Anak-anaknya banyak banget sih. Iya, Pak, yang nomor dua enggak ada, Pak. Meninggal. Meninggal yang ketiga ada, ah.

Yang ketiga ini, Pak. Yang keil, yang pertama. Yang pertama, Alhamdulillah ada. Ada artinya anaknya sudah relatif cukup, menurut saya. Iya, Pak, makanya ini mau kab. Udah, Pak. Udah, di karena kan problem.

Sekarang itu seperti saya sampaikan di debat, orang yang ekonominya menengah ke bawah anaknya banyak, sedangkan orang yang menengah ke atas anaknya sedikit. Nah, itu kayak gini, kayak gini.

Nih, risiko sakit tidak bisa bayar klaim BPJS, kemudian kebutuhan pendidikan sekolah tidak terbayar. Tapi kan anak-anak sekarang rata-rata jajan. Teteh umur berapa? 34? 34 udah.

Jangan lahirin lagi, atuh! Nanti anak lima lagi. Ya kan, bukan melawan takdir, tapi kita ini hidup harus ada ikhtiar. Kerjaannya kan loncat-loncat, pindah-pindah. Pendidikannya, apa Bapak?

Tadinya SMA, apa SMA? Sekarang gajinya UMK, UMK di Purwakarta, Pak. Ya, empat. Iya, empat, sudah lumayan lah. Iya, sudah lumayan. Yang ini sekolah, sekolah kelas 1, TK, SD, SD, SD.

Nah, ini ceritanya. Kok sampai ada di wayang golek di Sukatani? Gimana? Jadi gini, Pak, waktu saya berusaha nyari bantuan, ya Pak, sharing-sharing sama warga, sama tetangga gitu. Bapak,

tinggalnya di Cikampetnya mana? Di Cikampet, Karang Jaya, Pak. Di Desa Karang Jaya, ya. Eh, Tirta Mulia, Tirta Mulia. Jadi, Bapak tinggal di situ waktu.

Anak di rumah sakit, Bapak nyari bantuan. Betul, Pak. Ini bantuan, setelah tahu BPJS perusahaan sudah tidak bisa diusahakan. Saya sudah langsung minta bantuan ke pihak-pihak tertentu.

Gitu, Pak. Termasuk ke Pak Lurah dan yang lain-lainnya, gitu Pak, supaya batas yang dikasih sama rumah sakit itu kan masih satu hari lagi. Itu, Pak Har, Selasa. Nah, saya mau dimaksimalkan hari.

Selasa, tuh ternyata hasilnya ini, Pak, sampai ke Dinas Sosial Karawang, gitu, supaya bisa dibantu sama pemerintah. Dulu, atau BPJS-nya tidak bisa dibayar, tapi Bapak kan tidak punya.

Kemampuan saat ini kan baru bekerja, kan? Belum punya penghasilan. Artinya, pemerintah daerah, mulai dari desa, kecamatan, atau bagian sosial Pemda Karawang, bisa membantu meng-cover ini. Bapak kan tidak dapat.

Enggak dapat, Pak. Malah saya dioper-oper, Pak. Ditemui siapa saja, yang ditemui itu waktu itu PSM juga, Pak. PSM desa, heh, terus ke PSM kecamatan juga, itu pihak.

Telepon, Pak. Dikasih tahunya, terus ke Lurah. Gimana, minta Bapak punya nomor WA pimpinan? Enggak punya nomor WA Camat. Lurah enggak punya, Pak, kalau untuk Pak.

Lur, enggak bisa bantu Pak Lurah. UD menghadap, enggak bisa bantu menghadap ke mana? Ke rumahnya Pak? Oh, Bapak menghadap Palura, he menghadap ke Palur, enggak bisa.

Bantu juga enggak bisa. Padahal, ya mohon maaf ya Pak, ya gitu. Saya kan pernah mengabdi juga di desa, gitu Pak, sebagai RT. Dulu tuh, Oh, pernah jadi RT, jadi.

Purahnya sama sekali enggak bisa bantu, enggak bisa sama sekali. Termasuk istri saya juga kan aktif di kader, Pak, kader posyandu, kader posyandu, gitu. Kader posyandu, anaknya banyak, gitu-gitu.

Makanya kebingungan, Pak. Saya jadi Bapak ini sudah bertahap nyari bantuan dari mulai kelurahan, kecamatan, kabupaten, ke mana. Bapak saya didampingi sama teman yang di Dinas Sosial.

Pak, heeh, heh, sama tetangga, gitu. Coba kita minta bantuan ke Dinas Sosial. Dinas Sosial yang ditemui siapa? Kabupaten. Nah, waktu itu teman Pak yang nemuin. Nah, saya.

Tuh, mah, ee, lupa namanya. Tuh, kan, kalau enggak salah, itu nemuin. Nah, beliau juga ngebantu, itu Pak. Ngebantu, ternyata ini harus kembali lagi ke puskesmas, sedangkan ke kita, ke puskesmas udah-udah.

Nyobain Pak pagi-pagi, tapi perawatannya harus di Puskesmas. Heeh, harus dasarnya di Puskesmas, katanya gitu Pak. Dasarnya harus di Puskesmas, terus padahal pagi-pagi itu sebelum berangkat ke sana.

Juga istri sudah ke Puskesmas. Heeh, tetap sama sistem, enggak bisa, katanya. Kalau di luar dari Kabupaten Karawang, itu enggak bisa dibantu, katanya. Oh, karena rumah sakitnya di Purwakarta, jadi dia tidak bisa bantu.

Kalau rumah sakitnya di Karawang, mungkin bisa bantu gitu. Tapi kan Bapak, pertolongan yang tercepatnya di situ dari Cikampek, jaraknya lebih dekat ke Siloam kan jaraknya, dan enggak ada sama sekali pemikiran buat ke rumah sakit yang terbesar di Karawang, kan RSUD ya Pak ya. Termasuk di ya, orang paniklah, pun anaknya harus selamat di rumah sakit mana aja.

Dan waktu itu posisi lagi kerja juga Pak. Langsung saya izin, langsung saya bawa anak ke rumah sakit. Terus setelah dari rumah sakit, dari Dinas Sosial Kabupaten tidak berhasil, Bapak terus ke mana? Ke HRD lagi Pak, ke pimpinan minta bantuan gitu. Cuma dari pimpinan, eh saya kan kebentur sama kerjaan ya, waktu itu minta kebijakan supaya saya diizinkan untuk.

Mengurus dedek bayi gitu, saya minta bantuan ke mana-mana lagi, ya, sampai hujan-hujanan sama anak yang gede itu, Pak. Ke HRD itu dari beliau, ngasih kebijakan buat diizinkan, cuma kalau

dispensasi tidak masuk kerja, dispensasi tidak, masih kerja, cuma kalau untuk Mas bantuan ini enggak, Pak. Itu jadi ngebantu, uang mah enggak bisa, masih iya gitu terus dari situ.

Bapak ke mana? Dari situ saya balik lagi ke rumah sakit. Terus habis dari rumah sakit, sudah jam besuknya udah lewat, balik ke rumah ngobrol sama tetangga gitu, gimana jalan solusinya.

Gitu, tetangga menyarankan, 'Coba minta bantuan ke Bapak,' gitu. Ke Bapak, ke Pak lagi, kan saya sering lihat Bapak di Facebook ataupun di TikTok gitu, ya barangkali ini nyoba, Pak, gitu.

Gimana caranya supaya anak saya tertolong, gitu, Pak? He, supaya biaya juga enggak terlalu membengkak lagi gitu. Soalnya dari tiap rumah sakit nelepon terus.

Pak, waktu itu saya udah mentok, udah gimana gitu, sharing sama istri. Ya udah, ayo kita ke Pak Dedi, katanya gimana aja caranya. Kebetulan dari tetangga itu tahu jadwal Bapak yang ada wayang.

Golek wayang golek, tapi itu jadwal yang wayang golek, jadwal yang kedua loh. Pas hari pertamanya hujan, iya, itu sorenya tuh P langsung dikasih sama itu. Sama andai kata dilaksanakan wayang golek itu.

Pada malam sebelumnya, malam Kamis, mungkin enggak ketemu Bapak tuh. Iya, Pak, karena diundur, itulah ketemu Bapak. Siap ketemu Bapak tuh pas kebetulan lagi di.

Perjalanan. Pas naik e jalan itu, Pak, pas tanjakan, heh, lihat rombongan Bapak. Alhamdulillahnya tuh rombongan Bapak lewat, iring-iringan mobil gitu. Makanya.

Saya cepat-cepat ke lokasi gitu, Pak. Akhirnya bisa ketemu. Ketemu saya enggak tahu loh waktu itu, ngerawat bayi. Dikiranya anak saya tuh, dikira anaknya Bapak, anaknya Bapak itu sakit.

Anaknya Bapak sakit itu orang yang sudah berumah tangga. Dalam pikir, ternyata anak Bapak yang bayi ini yang sakit. Iya, jadi sengaja Bapak nyari dapat informasi saya malam itu ke Sukatani mau nonton.

Wayang golek, Bapak sengaja itu nemuin saya. Iya, Pak, minta bantuan. Makanya sama itu sambil bawa dokumen keterangan dari pihak rumah sakit, supaya yakinkan.

Bapak, gitu istilahnya. Mohon maaf ya Pak, istilahnya buat anak mau gimana aja, enggak apa-apa. Daripada nanti punya pemikiran lainnya, saya istilahnya takut.

Ke situ, gitu Pak. Namanya, eh, manusia kan ya Pak. Takutnya punya pikiran negatif atau apa. Saya menahan ke situ Pak, makanya gimana caranya mau menghadap siapa-siapa. Saya berani gitu, demi

keluarga. Gitu, akhirnya Bapak waktu itu diantra masuk lor, eh, waktu malam ketemu Bapak. Enggak, Pak, dokumennya kan saya bawa. Heeh, Bapak terus pulang. Iya, ke rumah sakit lagi ke

rumah sakit. Terus sulor datang ke rumah sakit. Kapan, ke Pak sulor? Apa menghubungi saya supaya menanyakan tentang administrasi yang di rumah sakit juga? Terus pakulor, eh, menyampaikan katanya, ya

udah saya coba dulu ke pihak BPJS waktu itu sebelum ada penanganan itu, Pak. Gitu, ternyata mentok juga, Pak. Sudah enggak bisa karena batas waktunya sudah dibayar. Harus dibayar. Nah, dari berapa

sih harus dibayar? Pembayarannya sih, pas saya cek terakhir tuh, ternyata yang awalnya 15 sekian tuh, dari wan, ternyata enggak sampai segitu, Pak. 14, 14.600an, 15 juta, hampir R juta beratlah.

Kalau untuk Bapak, iya Pak. Berat 14 juta. 14 juta berarti Bapak harus tidak menerima gaji selama 4 bulan. Iya, betul Pak. Kurang lebih 4 bulan gaji Bapak tidak ada.

Diapa-apain hanya untuk berobat anak itu. [Musik] [Musik] [Tertawa] [Musik] Berat, bisa enggak makan keluarga dan bisa hutang di mana-mana, sehingga kalau

Orang, saya selalu mengatakan orang sakit itu nanti orang susah. Sakit itu satu, dia tidak punya uang untuk bayar rumah sakit. Yang kedua, berhenti bekerja karena nungguin orang di rumah sakit yang

Ketiga, apa namanya, butuh biaya untuk makan di rumah sakit, gitu loh. Itu tuh rumah sakit. Yang keempat, bisa jadi dia diberhentikan bekerja karena nungguin keluarganya yang

Itu yang dikhawatirkan saya juga, Pak. Soalnya satunya masih baru. Enggak, belum 1 bulan sudah banyak izin, gitu Pak. Dari situ, keduanya ya mau ke mana lagi, gitu? Nyari. Waktu itu tuh

Pemikiran sudah, istilahnya, sudah mentok gitu. Sama istri, makanya akhirnya ketemu Por di rumah sakit. I makanya, selesai lah sekarang rumah sakitnya, kan Alhamdulillah, Pak.

[Musik] Sudah dibayar, bisa pulang. Potret ya, alhamdulillah, Ibu anaknya selamat. Kan awalnya, Pak, mohon izin, tadinya mau dirujuk ke Sadikin. Waktu itu, pas dia dibawa ke

Siloham. Tapi sekarang sudah sehat, alhamdulillah. Sekarang sudah, ya, sudah sehat. Jagain anaknya, Bu, ya. Bapak kembali bekerja. Bapaknya kerja kembali, enggak boleh bolos lagi, fokus

Ibu ngurus anaknya agar Bapak kehidupannya tidak tergantung. Sehat semuanya, amin. Ya, mudah-mudahan ke depan tidak terjadi seperti ini, dan yang mengalami seperti ini bukan hanya Bapak, banyak

ada ribuan orang di Jawa Barat yang mengalami seperti ini. Semoga ke depan ada solusinya, ya. Solusinya dari negara, dari pemerintah. Ya, kalau saya ini kan nasib-nasiban, bisa ketemu, bisa enggak ketemu.

Kan Bapak kebetulan nasibnya bagus, pas turun dari mobil, pas jalan, pas ketemu. Kalau enggak ketemu, kan lewat juga kasihan. Ya, sudah, Ibu, punya yang sehat terus. Bayinya, mohon jangan nambah anak

lagi, ya. Bapaknya kerja kembali. Ya, siap. Salam buat pimpinannya. Bapak kerja kembali karena pekerjaan itu susah. Gaji 4,2, ya, 4,2. Iya, 4,2.

Lumayanlah, hidup di kita gede segitu, ya? Mangga. Ya, saya juga Jakarta. Nuhun. Ya, sok sehat-sehat, Teh Neng. Oke, yuk, sok hati-hati.

Jalannya, Bapak sulor. Thank you. Siap, siap, mas. [Musik]

BAY1NYA TAK BISA PULANG SAAT D1R4WAT | WARGA KARAWANG MENGADU KE KDM

KANG DEDI MULYADI CHANNEL

Bayi berusia satu bulan sakit, mengalami demam dan diare.

Awalnya dibawa ke bidan, dinyatakan masih normal.

Kondisi bayi memburuk, akhirnya dibawa ke rumah sakit.

Beberapa rumah sakit penuh, akhirnya dirawat di Siloam.

BPJS ayah belum aktif karena baru bekerja selama beberapa minggu.

BPJS ayah merupakan kepesertaan outsourcing, sehingga klaim ditolak.

Ayah sebelumnya memiliki BPJS karyawan, tetapi dinonaktifkan setelah berhenti kerja.

Ini adalah anak keempat, sebelumnya ada anak yang meninggal.

Keluarga mengalami kesulitan ekonomi akibat biaya rumah sakit yang tinggi.

Keluarga memiliki beberapa anak yang masih sekolah.

Ayah mencari bantuan dari berbagai pihak, termasuk lurah dan dinas sosial.

Ayah mengalami kesulitan mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah.

Dinas Sosial Kabupaten tidak dapat membantu karena rumah sakit berada di luar Karawang.

Tetangga menyarankan untuk meminta bantuan melalui media sosial.

Bertemu dengan Dedi (mungkin melalui acara wayang golek).

Dedi membantu setelah mengetahui situasi keluarga.

Keluarga memberikan dokumen keterangan dari rumah sakit.

Biaya rumah sakit mencapai sekitar 14 juta rupiah.

Ayah harus kehilangan gaji selama 4 bulan untuk membayar biaya rumah sakit.

Dampak negatif dari sakit meliputi biaya rumah sakit, penghasilan yang hilang, dan biaya hidup.

Keluarga merasa putus asa sebelum mendapatkan bantuan.

Bayi sudah sehat dan pulang dari rumah sakit.

Harapan agar pemerintah memberikan solusi untuk masalah serupa.

Pesan agar tidak menambah anak dan fokus pada pekerjaan.